Monday, June 19, 2006

MAFIA BERKELEY DAN KONGRES ISEI KE-XVI.

Kongres ISEI ke-XVI telah dibuka oleh Presiden SBY pada Minggu, 18 Juni 2006 di-Manado. Kongres ISEI tentu diharapkan semua pihak mampu menghasilkan keputusan2 terobosan kebijakan ekonomi sebagai jalan terbaik untuk mengatasi ekonomi bangsa yang sampai saat ini masih dalam kondisi terpuruk Tapi yang penting juga para pimpinan ISEI mampu meyakinkan para pengendali ekonomi dan Pemerintah bahwa konsep yang dihasilkan ISEI adalah kebijakan yang terbaik untuk dilaksanakan dalam mengatasi kesulitan ekonomi kini dan kedepan yang tetap konsisten dan konsekwen berorientasi pada kepentingan rakyat.

Disisi lain muncul keraguan yang kental bahwa Kongres ISEI tidak mampu dan berani menelorkan keputusan2 terobosan yang dampaknya bisa berseberangan dengan kepentingan dari orang2 yang duduk dalam Pemerintahan yang berlatar-belakang Pengusaha, maupun kepentingan2 politik sesaat mengingat para Pengurus ISEI di-dominasi oleh orang2 yang duduk dalam Pemerintahan. Namun terlepas dari sikap optimis dan pesimis atas Kongrs ISEI tsb, ada satu hal yang sangat serius untuk dibahas yaitu masaalah “MAFIA BERKELEY.”

Sudah menjadi rahasia umum bahwa yang dimaksud dengan Mafia Berkeley adalah para ekonom Indonesia lulusan Pertama dst dari Universitas Berkeley California (seperti Prof.Dr. Widjojo Nitisastro, Prof.Dr. Ali Wardhana, Prof.Dr. Emil Salim, dll) yang selama kekuasaan Orde Baru telah menjadi Pengendali Ekonomi Indonesia. Gang Mafia Berkeley ini kemudian berkembang dengan bergabungnya ekonom2 yang lain tamatan dari berbagai Universitas. Gang ini disebut “MAFIA” karena kelompok ini secara sistimatis dan terorganisir menjadi alat dari hegemoni dan kepentingan global (yang disebut Washington Konsensus) di Indonesia.

2 Ekonom Indonesia yang mungkin populer dimata rakyat dan tidak populer dimata Pemerintah yaitu Drs. Kwik Kian Gie dan Dr. Rizal Ramli secara telanjang dan berani membuka berbagai kejahatan yang dilakukan oleh Mafia Berkeley selama puluhan tahun (selama Orde Baru bahkan sampai saat ini) dimana sebagai Pengendali Ekonomi Mafia ini telah menjadi Antek Asing dan mengakibatkan ekonomi Indonesia hancur dan berdampak tetap melaratnya rakyat Indnesia.

Kedua Ekonom tsb dalam beberapa tulisannya dalam Harian “Rakyat Merdeka” bulan Juni yl membuka tabir dosa para Mafia Berkeley tsb al Indonesia terus ketinggalan dari segi pendapatan per kapita, memiliki pendapatan paling timpang, stok utang paling besar dan terus meningkat, memiliki landasan structural dan industri yang sangat rapuh, gagal melakukan reformasi bidang birokrasi yang membuat Anggota ABRI dan PNS menjadi korup karena gaji kecil. Sedang anggota2 Mafia Berkeley yang bercokol di BUMN2, BI, Dept, Keuangan, BAPPENAS memiliki pendapatan yang sangat tinggi.

Mengundang keterlibatan IMF untuk mengatasi krisis ekonomi thn 1997 yang hasilnya ekonomi Indonesia anjlok luar biasa minus 12,8% pada thn 1998 yang mengakibatkan peningkatan puluhan juta pengangguran, kebangkrutan ekonomi nasional dan swasta, biaya rekapitulasi bank lebih dari RP.600 Triliun, tambahan beban hutang puluhan miljar dolar, kebijakan liberasi yang ugal2an karena hanya menguntungkan pihak asing dan merugikan kepentingan nasional. Privatisasi adalah rampokisasi, pengelolaan Sumber daya alam seperti minyak dikuras dan dikuasai asing, hutan2 gundul, reboisasi di korup,dan tuduhan2 lainnya yang mengerikan dan bisa membuat rakyat Indonesia marah besar dan bertindak anarkis karena perbuatan para Mafia Berkeley tsb intinya membuat rakyat Indonesia tetap sengsara sampai saat ini.

Apabila tuduhan2 tsb benar, maka hukuman seumur hidup bagi para anggota Mafia Berkeley ini mulai dari Bos dan para anggotanya tidak cukup karena dosanya mungkin tidak terampuni bisa menimpa beberapa generasi karena perbuatan mereka telah menyengsarakan jutaan rakyat Indonesia selama puluhan tahun. Disisi lain Drs. Kwik Kian Gie dan Dr. Rizal Ramli perlu mendapat Bintang Kehormatan yang Heroik (mungkin lebih tinggi dari bintang Mahaputra) karena kemampuan dan keberanian mereka membuka tabir kejahatan yang paling besar dan paling mahal dalam sejarah Indonesia ber-Republik bahkan mungkin sejarah dunia yang dilakukan oleh kaum Inteletual yang sangat bergengsi.

Sayangnya para bos Mafia Berkeley ini seperti Prof. Widjojo Nitisantro, Prof. Dr. Ali Wardhana, Prof.Dr. Emil Salim dll yang masih hidup tidak pernah membantah secara significant, berani dan terbuka atas tuduhan2 tsb dengan argumentasi dan bukti2 yang kuat. Bahkan bukan hanya bantahan tetapi juga menggugat Drs. Kwik Kian Gie dan Dr. Rizal Ramli ke Pengadilan karena tuduhan mereka bukan saja mencemarkan nama baik, tapi juga merusak dan menghancurkan martabat, kehormatan dan harga diri pribadi dan keluarganya. Dari Segi hukum, apabila bersikap diam atas suatu tuduhan, maka berarti membenarkan tuduhan itu.

Untuk menjernihkan persoalan tsb, Kongres ISEI harus membahasnya secara jujur, bermoral dan tuntas, sekaligus mengambil keputusan dengan sanksi2 yang tegas kepada tertuduh apabila tuduhan itu benar atau kepada yang menuduh apabila tuduhan itu tidak benar. Hal ini sangat prinsip karena menyangkut juga nama baik dan kehormatan ISEI apalagi kalau diantara yang menuduh dan tertuduh adalah anggota ISEI. Apabila Kongres ISEI tidak berani membahasnya dan mengambil keputusan yang tegas, akan timbul pertanyaan “Apakah juga ISEI masuk jaringan Mafia Berkeley atau Mafia Baru Pesaing Mafia Berkeley dan apabila demikian apakah Kongres anda juga akan menelorkan Keputusan2 yang secara tersembunyi menjadi bagian dari konspirasi global yang mengabdi bagi kepentingan asing? Kalau demikian apa manfaatnya anda ber Kongres kalau hanya menambah kesengsaraan baru bagi rakyat Indonesia?

Namun saya percaya masih banyak anggota ISEI yang memiliki idealisme tinggi yang secara sungguh2 berdedikasi penuh, hidup bersahaja didukung dengan prilaku terpuji dengan landasar moral agama yang kuat akan memeras otak untuk menemukan rumusan2 terbaik dalam Kongres ini untuk memecahkan masaalah ekonomi nasional yang masih penuh keprihatinan dewasa ini. Apabila mayoritas anggota ISEI yang ber Kongres masuk dalam criteria tsb, maka tentu ada secercah harapan dari bangsa ini akan manfaatnya ISEI ber Kongres. Semoga dari Manado, jaringan dan prilaku Mafia Berkeley dikubur, dan semoga bencana Aceh sampai Yogya menjadi peringatan keras bagi ISEI dan bangsa ini untuk setia dan mengabdi pada rakyat dan alamnya sebagai titipan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.