Saturday, December 6, 2008

PELUANG, TANTANGAN DAN HARAPAN GENERASI MUDA DIBIDANG POLITIK SEBAGAI BENTUK PENGABDIAN KEPADA BANGSA DAN NEGARA

I. PENGANTAR :

Setiap insan muda pasti bermimpi bahwa kelak ia ingin menjadi pemimpin dalam strata tertentu sesuai bidang pilihannya. Apabila ia telah menjadi pemimpin, maka segala kemampuannya akan di-dedikasikan untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya. Dalam tataran kemanusiaan yang lebih luas, SAYA HIDUP(SEBGAI Pemimpin) akan berupaya untuk menghidupkan/memanusiakan orang lain(Si Tou Timou Tumou Tou).

Apalagi Generasi Muda dengan predikat Mahasiswa sebagai kaum elit Pemuda, mimpi ini pasti sering datang, bukan hanya di-tempat tidur, tetapi pasti kapan saja dan dimana saja. Bahkan mimpi ini didambakan segera terwujud karena kesiapan dalam diri sendiri maupun rangsangan karena keprihatinan situasi di-sekitarnya.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut, maka mahasiswa perlu mempersiapkan diri sedini mungkin dan se-komplit mungkin dengan mencari kebenaran melalui penguasaan Ilmu Pengetahuan dan kepekaan menguji situasi sekitarnya atas dasar kebenaran dengan tolok ukur Ilmu yang dimilikinya.

Tegasnya Mahasiswa tidak hanya berusaha menguasai Ilmu Pengetahuan an sich, tetapi juga harus peka atas situasi sekelilingnya dan apabila situasi tsb tidak sesuai dengan nilai2 kebenaran dan keadilan, masyarakat selalu sangat mendambakan kepeloporan mahasiswa untuk mereformasi situasi tsb kearah yang dikehendaki bersama.

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Mahasiswa harus selalu menunjukan identitas dan kepeloporannya dalam menegakkan Kebenaran dan Keadilan. Keidentitasnya akan terlihat pada ungkapan2nya yang cerdas dan berbobot, dan Kepeloporannya akan terlihat dalam sikap dan tindakannya yang cepat dan tepat yang mampu membangun public-opini dan mengorgansisir dan memobolisir rakyat. Identitas, peran dan kepeloporan Mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara hanya akan efektif apabila memiliki kesadaran yang tinggi serta pengetahuan yang memadai atas masaalah2 kebangsaan dan kenegaraan disamping pendidikan formalnya.Disinilah arti pentingnya Pendidikan politik bagi Generasi Muda/mahasiswa.


II. SEPUTAR PENDIDIKAN POLITIK:

1. Pendidikan politik ruangnya terbuka lebar bagi semua pihak tidak memilih umur, jabatan maupun waktu. Pendidikan politik juga berlaku bagi semua jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak2 sampai dengan Perguruan Tinggi Pendidikan Politik sama dengan Pendidikan pada umumnya yaitu berlaku seumur hidup.

2. Pendidikan Politik dapat dilaksanakan oleh dunia Perguruan Tinggi (baik sebagai bagian dari kurikulum maupun bersifat insidental), organisasi sosial politik, kelompok usaha, lembaga keagamaan, dunia pers, LSM, dsb dengan berbagai sasaran dan kepentingan. Pendidikan Politik ini juga bisa di-ikuti semua pihak secara bersamaan dan bertahap sebagai kewajiban bersama karena mengikuti kebijaksaan Negara. Tidak terkecuali warga Negara yang bertugas dan berada di-luar negeri wajib mengikutinya.

3. Pendidikan Politik bagi Generasi Muda/Mahasiswa dimaksudkan untuk membekali mereka dengan pengetahuan politik kenegaraan agar memiliki kompetensi dalam berpolitik Dengan Pendidikan Politik tsb diharapkan mengentalnya kesadaran akan hak dan tanggung jawab Generasi Muda/Mahasiwa dalam kehidupan bernegara yang terefleksi dalam bentuk wacana dan atau aksi dalam interaksi horizontal maupun vertikal dan inter-relasi keberagaman, wacana dan aksi mana terarah untuk memperkuat kehidupan kenegaraan yang ber-Konstitusi. Pendidikan politik bagi mahasiswa saat ini memiliki peran strategis dan mendesak mengingat lunturnya nilai2 kebangsaan yang sedang melanda luas pada generasi muda. Diharapkan Mahasiswa sebagai kelompok elit dan bergengsi dari generasi muda dapat berperan secara optimal untuk mengembalikan dan memperkuat nilai2 Kebangsaan tsb yang merupakan salah satu poros sentral dalam memperkuat Ketahanan nasional dan Keutuhan Pancasila.

4. Bekal pengetahuan tentang politik kenegaraan sebagai hasil dari Pendidikan politik belum menjadi jaminan bahwa kiprah politik Generasi Muda/Mahasiswa dalam kehidupan kenegaraan akan tetap konsisten dengan komitmen membela dan menegakkan kebenaran, keadilan, demokrasi dan hak azasi manusia. Untuk itu perlu dibekali secara seimbang dengan nilai2 keagamaan yang akan menjadi landasan etik, moral dan spiritual dalam kiprah politik bagi mahasiswa. Nilai2 keagamaan ini penting karena dalam kiprah politiknya nanti akan diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan godaan yang bisa menjerumuskan apabila tidak tahan menghadapinya.

5. Pendidikan politik penting sebagai pencerahan(enlightenment) atas pemahaman yang beku terhadap soal2 kenegaraan serta pemberi motivasi dalam arti Generasi Muda/Mahasiswa bukan hanya studi mencari ilmu tetapi juga berjuang untuk kepentingan rakyat.. Tegasnya mahasiswa orientasinya bukan hanya di kampus saja yang dibatasi oleh tembok2 perpustakaan, laboratorium, ruang kuliah dan praktek, tetapi juga Pancaindranya harus peka terhadap berbagai kejadian diluar kampus. Artinya kiprah mahasiswa didalam dan diluar kampus harus seimbang tanpa mengorbankan proses studi selesai tepat waktu.


III. PELUANG, TANTANGAN DAN HARAPAN :

Peluang, Tantangan dan harapan Generasi Muda/Mahasiswa dibidang politik sebagai bentuk pengabdian kepada Bangsa dan Negara pasti ada, tergantung porsinya(besar-kecil), ruangnya(sempit-luas). Seberapa jauh Peluang, Tantangan dan Harapan tsb, dapat di-ungkap beberapa hal sbb.:

A. PELUANG:

1. Peluang Generasi Muda/Mahasiswa untuk berkiprah dibidang politik terbuka luas, baik di-Supra Struktur maupun Infrastruktur Politik diberbagai tingkat wilayah Pemerintahan. Khusus di-Supra Struktur Politik, peluang tsb melalui rekruitmen dengan persyaratan formal ber- dasarkan jenjang pendidikan dan pengalaman(Career System). Untuk merebut peluang tsb, ybs harus mempersiapkan diri dengan se-baik2nya, minimal memenuhi kriteria persyaratan dan sebaiknya kemampuannya diatas criteria mengingat persaingan yang makin ketat. Peluang tsb dapat diraih secara pribadi atau atas dukungan dan bantuan pihak ketiga tanpa melanggar rambu2 aturan yang ada. Peluang ini juga dapat diraih lebih memudahkan apabila ada jaringan pribadi maupun kelompok.

2. Peluang terbuka luas apabila Supra Struktur Politik memiliki Program yang baru atau Program yang diperluas yang konsekwensinya memerlukan Sumber Daya Manusia yang memadai baik kwalitas maupun kwantitas. Kebutuhan SDM yang baru dengan kwalifikasi tertentu sangat tergantung pada beban tugas dari Supra Struktur Politik tsb dan juga kondisi ekonomi yang ada. Bila kondisi ekonomi Negara bersangkutan berkembang baik konsekwensinya memerlukan SDM baru diberbagai bidang sehingga peluangnya terbuka luas. Sebaliknya bila kondisi ekonominya runyam karena berbagai faktor dalam negeri atau karena pengaruh globalisasi, tentu peluangnya sangat kecil sehingga kompetisinya pasti sangat ketat. Bahkan kalau mengalami ke- merosotan yang tajam, seperti ekonomi-finansial Amerika Serikat saat ini yang ber- dampak buruk pada ekonomi berbagai Negara, maka peluang tsb tertutup sama sekali se- baliknya terjadi PHK di-mana2.

3. Peluang Generasi Muda/Mahasiswa di-bidang Infra Struktur Politik terbuka luas walaupun untuk mencapainya bisa mudah, bisa sulit. Apabila terjadi perobahan besar dan mendasar di-suatu Negara, biasanya peluang itu besar. Sejak Era Reformasi, muncul berbagai organisasi politik baru yang memerlukan Tokoh/Pemimpin baru dengan slogan baru seperti Reformasi(change and continuity-SBY), kiblat terfokus(hanya untuk rakyat) dan orientasi jelas dan tegas(menegak keadilan, HAM dan Demokrasi). Terjadilah recruitment Generasi Muda/Mahasiswa secara besar2an dalam Kepemimpinan Partai Politik(Baru). Bahkan Partai Politik yang sudah mapan tidak mau ketinggalan ikut merekrut tenaga2 muda masuk dalam jajaran Kepemimpinan Partainya.

4. Peluang Generasi Muda/Mmahasiswa untuk berkiprah dibidang politik bisa datang dari luar(Pemerintah dan Non-Pemerintah) karena kondisi dan kebutuhan obyektif yang dilakukan secara transparan, bisa juga di-ciptakan oleh Generasi Muda itu sendiri. Penciptaan dilakukan karena rezim Negara tsb korup, otoriter dan menyengsarakan rakyat. Penciptaan itu dilakukan dengan cara public opini (pidato, seruan melalui media cetak dan elektronik, tatap muka dengan rakyat, dll), tekanan(melalui resolusi, demonstrasi,) maupun dengan cara paling ekstrim yaitu Revolusi. Tegasnya bisa dilakukan dengan cara2 damai maupun kekerasan(perang-pertumpahan darah). Apabila rezim lama tumbang, maka kesempatan Generasi Muda/Mahasiswa muncul untuk membangun rezim baru yang oirentasinya sangat berbeda dengan rezim lama.

B. TANTANGAN :

1. Tantangan terbesar bagi Generasi Muda/Mahasiswa untuk terjun dalam dunia politik berasal dari dirinya sendiri. Artinya apakah dia telah siap fisik dan mental. Apakah telah memiliki kompetensi yang memadai dan proposional serta komitmentnya kokoh, total dan paripurna untuk mengabdi pada bangsa dan Negara serta siap sedia dan tetap tegak pada komitmen Pancasila, NKRI, Binneka Tunggal Ika apapun bahaya dan tantangan yang dihadapi. Jangan menjadi Generasi Muda yang loyo karena tantangan, jangan menjadi Generasi Muda yang manja karena fasilitas, jangan menjadi Generasi Muda yang egoistis dan arogan karena status sosial, tapi jadilah Generasi Muda sesuai Jatidirinya.

2. Dewasa ini terjadi persaingan yang tidak sehat antara Politik Identitas dan Politik Modernitas. Politik Identitas mengunggulkan kemurnian identitas kelompoknya sendiri(suku, agama, ras dan simbol2 primodial lainnya) dan tidak memberi tempat bagi yang lain, bagi yang berbeda dan bagi yang minoritas. Politik Modernitas mengunggulkan rasionalitas, obyektifitas, kebersamaan dan toleransi. Ada keprihatinan bersama saat ini dimana makin merebaknya pandangan politik Sektarian di-tengah masyarakat Indonesia. Reformasi yang berlangsung sejak 1998 telah membawa kita menuju era kebebasan dalam menganut dan menyampaikan suatu pandangan politik, namun juga membuat Pancasila –sebagai suatu konsensus dasar dalam kehidupan politik bersama – seakan kehilangan pamor dan relevansinya. Perannya sebagai payung kehidupan politik bersama se-olah2 surut kebelakang ditelan gelombang pasang euphoria Reformasi. Padahal nilai2 ideal Pancasila yang menjunjung kebinnekaan/pluralisme, demokrasi, toleransi, dan keadilan sosial justru terasa semakin relevan dengan kondisi kebangsaan kita sekarang.

Globalisasi telah membuat dunia tampak kehilangan sekat2nya, namun ironisnya justeru karena itulah Politik Identitas semakin menguat. Dekonstruksi terhadap Orde Baru secara langsung maupun tidak langsung diartikan dan diarahkan sebagai dekonstruksi terhadap Pancasila, baik sebagai wawasan politik maupun sebagai identitas pendirian republik yang berbinneka. Dengan itu ruang demokrasi di-Indonesia telah menyediakan tidak hanya pemaknaan baru dan kritik terhadap otoritarianisme, tetapi juga menyediakan bibit bagi politik identitas dan fundamentalisme yang sama sekali bertentangan dengan demokrasi dan fondasi pendirian Indonesia.Suatu tantangan serius bagi Generasi Muda/Mahasiswa yang akan terjun dalam dunia politik untuk tidak terjebak atau dijebak pada sikap ekstrim Politik Identitas dan Politik Modernitas, tapi berupaya untuk mendekatkan dan mendamaikannya secara proposional dan berimbang.

3. Sistim Rekruitmen organisasi sosial politik pada Generasi Muda/Mahasiswa untuk menjadi politisi(pimpinan Partai, Pejabat Eksekutif maupun calon anggota legislative) masih memprihatinkan karena banyak yang tidak memiliki kompetensi yang seimbang dengan jabatannya, namun ybs percaya diri bahkan kadang2 arogan. Akibatnya dalam setiap wacana di-berbagai forum politik tidak kelihatan sebagai politisi yang handal, berbobot dan cerdas yang mampu menciptakan keseimbangan apalagi menjadi unggul. Bahkan kadang2 memalukan. Faktor kolusi dan nepotisme masih dominant dalam sistim rekruitmen tsb. Akibatnya citra Generasi Muda tercoreng. Suatu tantangan bagi Generasi Muda untuk belajar dari kenyataan ini kemudian mengambil langkah2 konkrit untuk menghapuskannya.

4. Peran Generasi Muda/Mahasiswa dalam percaturan politik selalu diperhitungkan oleh siapapun istimewa oleh Kekuasaan karena peran gandanya yaitu peran moral dan peran politik. Peran ganda yang dimainkan mahasiswa ini selalu mengkhawatirkan banyak pihak apabila peran tsb tidak sejalan dengan kepentingan politik mereka khususnya pihak kekuasaan. Oleh karena itu selalu ada upaya untuk menjinakkan peran Generasi Muda/Mahasiswa tsb agar paralel atau se-tidak2nya tidak mengancam kepentingan politik kekuasaan. Upaya2 tsb bisa dalam bentuk godaan atau ancaman. Menghadapi kenyataan ini biasanya membuat potensi mahasiswa terpecah dalam kubu2an. Ada kubu untuk menerima kompromi sebagai jalan keluar, ada kubu yang tetap konsisten dengan pendiriannya artinya tidak mau ada kompromi(tetap oposisi-konfrontasi). Apabila ini terjadi peran Generasi Muda/Mahasiswa pasti menjadi lemah dan akibatnya bargaining positionnya melemah. Suatu tantangan bagi Mahasiswa/Generasi Muda untuk tetap menjaga kekompakan/keutuhan dalam memainkan peran politiknya sehingga peran tsb memberi warna yang dominant atas hasil perjuangannya.

5. Biasanya ada sikap yang tidak bersahabat di-sementara elit di-pemerintahan maupun non-pemerintahan dalam menilai munculnya Generasi Muda/Mahasiswa untuk terjun dalam dunia politik apalagi untuk memegang posisi2 strategis. Alasan utama adalah belum berpengalaman, masih muda, masih hijau, dsb. Reaksi atas penilaian ini tidak perlu emosional tetapi sebaliknya di-imbangi dengan persiapan ekstra keras untuk membuktikan bahwa penilaian tsb adalah keliru. Disisi lain penilaian miring tsb disebabkan adanya ketakutan terancamnya posisi mereka bila masuknya Generasi Muda/Mahasiswa kedalam lingkungan mereka. Menghadapi golongan vested interest ini tidak ada pilihan lain selain melakukan gebrakan untuk menghilanglan barikade2 yang sengaja dibuat untuk kehadiran Generasi Muda/Mahasiswa dalam panggung politik.

C. HARAPAN :

1. Sebagai Generasi Muda/Mahasiswa yang menimba Ilmu dari suatu Universitas yang menggunakan predikat nama “SAM RATULANGI”, sangat diharapkan agar Filosofi Sam Ratulangi “SI TOU TIMOU TUMOU TOU”(SAYA HIDUP UNTUK MENGHIDUPKAN ORANG LAIN) bukan saja dihayati didalam alam sadar penuh kagum, tapi juga benar2 dipraktekkan dan menjadi tolok ukur bagi mahasiswa UNSRAT(bahkan seluruh Mahasiwa di-Sulawesi Utara) dalam kiprahnya memainkan peran sebagai kekuatan moral maupun kekuatan politik. Artinya apabila ada kebijakan2 daerah(Propinsi, Kota, Kabupaten, Kecamatan, Desa/Kelurahan) yang tidak menghidupkan rakyat alias menyengsarakan rakyat dan hanya untuk kepentingan keluarga dan kelompok, Generasi Muda/Mahasiswa UNSRAT/seluruh mahasiwa harus melakukan gerakan maksimal dan frontal sampai hasilnya ada perobahan(kebijakan dan orangnya).

2. Dalam rangka Pemilu Legislatif 2009, kita sebagai warga Sulut terpanggil untuk menggunakan hak pilih kita dengan penuh tanggung-jawab. Dalam konteks ini kita semua mendambakan agar para calon yang terpilih benar2 putera terbaik Sulut yang memiliki kompetensi yang seimbang dengan jabatan tsb, dikenal luas oleh rakyat pemilih di-Sulut, telah teruji pengabdiannya, dan bukan hasil nepotisme dan kolusi. Disisi lain mampu memainkan perannya di-tingkat lokal, regional, nasional dan global yang dampaknya sangat signifikan bagi kemajuan Kota, Kabupaten dan Propinsi Sulut. Bertolak dari dambaan tsb, maka Generasi Muda/Mahasiswa Sulut ikut bertanggung jawab munculnya kader2 politik yang memenuhi kriteria seperti tsb diatas. Untuk itu tugas dan tanggung-jawab seluruh Generasi Muda/Mahasiswa Sulut untuk pro-aktif berkampanye(melalui media cetak, elektronik, seruan, tatap muka, diskuksi di berbagai forum, tingkat dan tempat, dll) untuk meyakinkan rakyat pemilih agar memilih calon2 yang memenuhi kriteria tsb dan tidak memilih calon2 karbitan yang nantinya penampilan mereka hanya akan memalukan rakyat Sulawesi Utara.

3. Dalam upaya dan tanggung bersama untuk merekrut dan terekrutnya kader2 muda dibidang politik yang berbobot dan bermoral, sebaiknya Generasi Muda Sulut membuat suatu mekanisme dimana organisasi2 Mahasiswa dan Pemuda di-Sulut (Senat Mahasiwa, KNPI, dll) ikut terlibat secara aktif dalam memberi rekomendasi. Mekanisme rekomendasi ini se-tidak2nya diharapkan dapat menyeleksi para kader muda di-bidang politik yang handal dan cerdas. Disisi lain untuk memperkuat rekomendasi tsb, maka Organisasi mahasiswa dan Pemuda di-Sulut perlu membangun dan mengembangkan issue yang membuat para calon karbitan menjadi takut dan malu untuk tampil.

4. Reformasi telah melahirkan harapan tetapi juga keprihatinan yang mendalam. Harapan karena kehidupan demokrasi, Penegakkan hukum, HAM, keadilan da kebebasan mulai terasa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara walaupun masih terjadi berbagai kelemahan. Keprihatinan karena merosotnya nilai2 kebangsaan dan persatuan nasional. Reformasi telah merobah tatanan dan kohesi sosial masyarakat Indonesia serta munculnya gerakan2 sentrifugal yang mengarah kepada separatisme. Sikap mementingkan diri sendiri, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, tindakan anarkis diluar batas, amuk massa yang merusak fasilitas umum dan ketidak-pedulian sesama anak bangsa, konflik antar pusat dan daerah, sudah menjadi pandangan se-hari2. Tindakan2 ini tidak terjadi dengan sendirinya, karena masyarakat adalah refleksi dari tindakan dan sikap para pemimpinnya. Dengan kata lain rusaknya etika para birokrat, politisi dan penegak hukum juga menjadi penyebab ketidakpatuhan sosial ini. Rusaknya etika bernegara menyebabkan tumbuhnya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang memicu hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap peran Negara. Masyarakat tidak memiliki panutan dalam tindakan yang dilakukannya. Dalam situasi seperti ini dimana kohesi sosial berada dalam tingkat yang paling rendah, muncul Elit2 Instan dengan kwalitas yang amburadul karena hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Sudah saatnya kita menciptakan kembali Persatuan Nasional yang kokoh. Untuk itu kita butuh para Elit Sejati yang kental wawasan kebangsaannya, teruji kemampuannya dan yang tidak hanya berpikir untk kelompok dan dirinya . Kebutuhan ini tidak bisa ditawar dan harus dimulai sekarang ini. Diharapkan Generasi Muda/Mahasiswa Sulut mampu melahirkan Elit2 Sejati yang secara berani, benar dan konsisten merefleksikan wawasan kebangsaannya untuk membaharui, membangun dan mempersatukan potensi daerah/bangsa menuju cita2 reformasi. Disadari tugas ini berat dan penuh tantangan. Namun tidak boleh ditunda dan harus dimulai sekarang ini.

5. Dewasa ini sedang terjadi krisis finansial dan ekonomi di Amerika Serikat yang berdampak negatif terhadap berbagai Negara termasuk Indonesia. Kita tidak tahu kapan dampai ini mulai dan seberapa berat dan lamanya menimpa Indonesia. Berbagai krisis mungkin akan menimpa Indonesia sebagai akibat dampak tsb. Yang paling memprihatinkan ialah terjadinya PHK sebagaimana telah terjadi di-beberapa Negara. PHK ini akan menimbulkan kerawanan2 sosial yang membahayakan persatuan dan keutuhan bangsa. Apalagi kalau terjadi krisis pangan yang mengakibatkan terjadi kelaparan di-mana2. Dalam situasi ini Generasi Muda/Mahasiswa terpanggil untuk ikut memikirkan langkah2 antisipasi bukan hanya dalam bentuk wacana, tetapi juga tindakan konkrit melalui perencanaan dan aksi nyata sehingga apabila krisis tsb benar2 terjadi tidak akan membawa dampak yang membahayakan bagi kesatuan dan persatuan bangsa serta kelangsungan bangsa.

Disampaikan pada Diskusi Pendidikan Politik bagi Mahasiswa Sulawesi Utara; Pada Hari Sabtu, tgl. 6 Desember 2008 di-Manado yang diselenggarakan oleh MEDIA CENTER PELANGI bekerjasama dengan YAYASAN HUMPHREY DJEMAT.

No comments:

Post a Comment